by: Brian Walsh
Disampaikan oleh Brian Walsh pada Wine Before Breakfast, 9 Desember 2008.

Lukas 9:18-27

Adven adalah tentang sebuah kedatangan, dan sebuah kerinduan akan kedatangan itu.

Kedatangan Mesias.

Dan ketika gereja cenderung berfokus pada permulaan dari kedatangan itu – realisasi dari janji itu, pemenuhan atas kerinduan itu, dalam peristiwa-peristiwa ajaib seputar kelahiran Yesus – pengharapan Israel akan Adven difokuskan pada akhir dari kedatangan itu.

Kamu lihat, fokus orang-orang Yahudi abad pertama tidaklah begitu banyak pada nubuat Yesaya bahwa “seorang anak telah lahir untuk kita” namun pada visi apokaliptik Daniel:

“Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu,
tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak (putra) manusia;
datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu,
dan ia dibawa ke hadapan-Nya.
Lalu diberikan kepadanya kekuasaan
dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja,
maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa
mengabdi kepadanya.
Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal,
yang tidak akan lenyap,
dan kerajaannya ialah kerajaan
yang tidak akan musnah.” (7:13-14)

Inilah visi, inilah harapan, inilah Adven yang layak kita rindukan.

Namun kisah Lukas mengenai seorang anak yang lahir dalam kemiskinan dari orangtua pengungsi dan di bawah pemerintahan kekaisaran Agustus beserta para Yudea antek-anteknya nampak sebagai tempat yang aneh untuk merealisasikan visi ini. Tiada putra manusia yang datang dengan awan-awan dari langit, tak ada pernyataan resmi dari kerajaan bahwa seorang raja telah lahir dan seluruh bumi bersuka-ria. Nampaknya ini suatu Adven yang kurang penting dan tak begitu menjanjikan.

Well, kita telah mengikuti kisah tersebut dalam seluruh semester di Wine Before Breakfast dan pagi ini Yesus mengkonfrontasi murid-muridnya, dan ia mengkonfrontasi kita, dengan makna penuh dari kemesiasannya.

“Kata orang, siapakah Aku ini?” ia bertanya. Jika kamu menoleh ke belakang hanya beberapa ayat sebelumnya, kamu akan melihat bahwa jawaban yang murid-murid itu berikan pada Yesus sama dengan jawaban yang mereka berikan pada Herodes ketika ia menanyakan pertanyaan yang sama mengenai Yesus. “Beberapa orang mengatakan kamu adalah Yohanes Pembaptis” seorang yang telah Herodes bunuh, sekarang bangkit, “yang lain mengatakan kamu adalah Elia, ada pula yang mengatakan kamu adalah seorang nabi.”

Dengan kata lain, orang tahu bahwa sesuatu sedang terjadi di sini, namun mereka tidak tahu apakah gerangan itu, selain bahwa sesuatu yang besar sedang berlangsung, dan bahwa itu jelas bertaut dengan tradisi nabi-nabi – sebuah tradisi yang membisikkan “Mesias” dan berakhir dengan visi Daniel mengenai seorang putra manusia.

“Jadi, menurut kamu, siapakah Aku ini?” Yesus mendesak pertanyaan itu. Dan jawabannya begitu segera, “Kamulah Mesias dari Allah.” Padamulah seorang seluruh harap terdalam dan kerinduan kami terkabulkan.

Dan Yesus meminta mereka untuk tidak memberitahukan hal itu kepada siapapun.

Kenapa?

Karena inilah yang sebenarnya bakal terjadi pada Sang Mesias, Putra Manusia yang akan datang untuk berkuasa atas seluruh bumi – ia akan mati! Ia akan menapaki jalan penderitaan yang amat berat bukan kemuliaan yang segera. Ia akan ditolak oleh para pemimpin umat perjanjian, bukan diterima dengan lapang dada. Ia akan dibunuh, bukan memulai perang suci terhadap musuh-musuh Israel. Dan kemudian, dan baru kemudian, baru setelah menapaki jalan kematian ini, ia akan mengalahkan kematian melalui kebangkitannya.

Adven adalah tentang kedatangan Mesias. Dan Yesus di sini sedang mendefinisikan ulang secara radikal apa sebenarnya makna kedatangan Mesias itu.

Bahkan sebelum mereka dapat menanggapi – berdiri di sana dengan mulut menganga dan tampang yang bingung tak percaya – Yesus memberitahukan mereka jika ini makna kemesiasan sesungguhnya, maka implikasi bagi kemuridan (discipleship) akan sama radikalnya.

Jika kamu mau mengikuti Mesias ini, kamu harus ikut menapaki jalannya dan memeluk penderitaan dan penolakkan dan perjalanan menuju kematian (dengan harapan akan kebangkitan) yang serupa dengan penderitaan, penolakkan, kematian dan kebangkitannya.
Jika kamu ingin mengikuti aku. Jika kamu merindukan kedatangan Mesias, jika harapanmu akan Adven adalah untuk berusaha menghidupi definisi ulang Mesias ini, maka kamu pun harus menyangkal diri, menyangkal dan menanggalkan harapanmu akan kemuliaan yang segera, dan menapaki jalannya dengan memikul salib setiap hari.

Pikullah salibmu setiap hari. Apakah Yesus sedang mempersamakan kemuridan dengan suatu proses mengantre menuju kamar eksekusi? Apakah kita semua ialah “dead men walking” ketika kita memeluk Yesus ini? Apakah itu makna Adven sesungguhnya?

Dengan satu kata, “ya.” Tiada Putra Manusia yang datang dengan awan-awan, tidak ada kekuasaan yang abadi, tidak ada kekuasaan sebagai raja yang begitu kokohnya sehingga melemahkan dan menggantikan seluruh kekuasaan raja yang opresif, terlepas dari salib.

Tapi justru inilah paradoks yang mengagumkan. Pembalikkan yang mengejutkan bahwa kita telah datang untuk berharap dari Yesus ini, dari Mesias ini. “Jika kamu ingin menyelamatkan hidupmu”, jika kamu ingin menjamin hidupmu dan kekayaanmu, jika kamu ingin tetap mengendalikan hidupmu, dan dengan caramu sendiri mengatur Adven, mencapai realisasi dari harapan-harapanmu yang terdalam terlepas dari Mesias ini, yang menapaki jalan penderitaan ini, maka sebenarnya kamu akan kehilangan hidupmu. Kamu bahkan akan kehilangan semuanya.

Namun jika kamu kehilangan semua itu demi Yesus, jika kamu menanggalkan semua jalan yang berpusatkan diri (self-sufficient dan self-satisfying) dan memeluk Yesus ini, mengikuti jalan deritanya yang redemptive, maka apa yang sesungguhnya terjadi ialah bahwa kamu mendapatkan hidupmu.

Mengertikah kamu? Di satu sisi Yesus sedang memberitahu mereka, dan dengan jelas memberitahu kita juga, bahwa kemuridan merupakan ihwal pemikulan salib. Kemuridan memerlukan kerelaan untuk melepas semua, menaklukkan diri kita secara radikal pada jalannya sehingga segala istilah yang dengannya dunia hendak mendefinisikan kesuksesan kita atau bahkan kepenuhan kita dapat diabaikan dan kita rela menanggung penghakiman, celaan, kekejaman atau derita apapun yang dunia – baik di luar maupun dalam diri kita yang saling bertentangan sendiri ini – letakkan pada kita.

Tetapi Yesus tidak sedang mengatakan bahwa kita diharapkan hidup dalam nyeri yang menyusahkan, senantiasa menemukan diri kita berada dalam pertarungan sengit antara apa yang sesungguhnya kita inginkan dan apa yang ia kehendaki. Tidak, ia berkata, jika keinginanmu adalah mengikuti aku, jika itu hasratmu terdalam, jika itu yang membentuk harapan Advenmu tahun ini dan seluruh tahun-tahun hidupmu, maka datanglah dan laluilah jalanku dan kamu akan menemukan dirimu yang terdalam, kegiranganmu yang terdalam, pengenalan dirimu yang sejati – kita apa adanya – sebagai manusia yang utuh, putra dan putri manusia yang utuh. Jika kamu ingin mengikuti aku dan rela mengikuti jalan salib, maka hasratmu terdalam, hasratmu yang paling otentik, hasrat yang ditanam dalam dirimu sebagai anak Allah, akan tergenapi dengan amat ajaib.

Maksudku, apa artinya, apa baiknya, apa untungnya memperoleh seluruh dunia – memang memperoleh seluruh dunia merupakan bagian utuh dari visi kedatangan Mesias yang mendominasi segala sesuatu – jika hal itu mengakibatkan kita kehilangan diri sendiri, identitas sebagai umat Allah, identitas sebagai manusia utuh yang tunduk di bawah kuasa raja Mesianik ini?

Tidakkah kamu lihat bahwa jalan kekuasaan ini, jalan untuk memperoleh dunia ini, sebenarnya merupakan jalan yang merugikan diri kita sendiri? Kamu memperoleh dunia namun kamu merugikan hidupmu, kamu kehilangan dirimu sendiri, karena seorang hanya bisa memiliki tempat yang sah dalam kerajaan yang akan datang ini jika ia mengikuti jejak Mesias yang membawa kerajaan tersebut – dan itulah jalan salib. Tentu saja, seluruh pembicaraan ini yang memalukan. Pembicaraan mengenai seorang Mesias yang tidak pertama-tama memerintah, namun pertama-tama menderita? Orang Yahudi di abad pertama akan memandangnya rendah, dan bagi siapapun yang mengerti pemerintahan, kuasa, dan kontrol masa ini – apakah di akademi, hubungan-hubungan personal, bisnis ataupun gedung parlemen – pembicaraan ini hanyalah sebuah nonsense yang berbahaya.

Meski demikian, Yesus berkata, jika kamu malu akan visi ini; lebih jelasnya, jika kamu malu padaku, seorang yang baru saja kamu kenali sebagai Mesias, maka Putra Manusia akan malu pula padamu ketika ia datang dalam kemuliaannya, dan kemuliaan Bapa, dan kemuliaan malaikat-malaikat. Jangan salah paham dulu, nubuat Daniel akan tetap digenapi, kekuasaan yang redemptive dan restorative, pemerintahan dan otoritas akan direalisasikan – akan ada kemuliaan – namun bukan tanpa salib.

Itulah sebab lilin-lilin Adven itu menerangi meja ini. Hilangkan kebertautan itu dan kamu pun kehilangan Adven. Tidak akan ada Adven tanpa Paska. Tiada Mesias tanpa salib. Tidak akan ada kemuridan dan penemuan hidup, tanpa menyangkali diri dan memikul salib kita setiap hari dan mengikut Yesus.

Datanglah, Tuhan Yesus. Dan datanglah saudara-saudari, datang dan ikutlah Mesias itu. Amin.