Lukas 16:1-9

Introduction
Novel Mario Puzo, “Godfather” difilmkan oleh Francis Ford Coppola. Don Michael Corleone (diperankan oleh Al Pacino) adalah generasi kedua Godfather setelah ayahnya sendiri, Don Vito Corleone (diperankan oleh Marlon Brando dan Robert De Niro). Semula Vito hanyalah seorang imigran Itali yg penniless. Sampai ia menjadi terkenal dan kaya raya, menarik disimak.

Usaha gelap Vito dan kedua kawannya berhasil mengeruk keuntungan masing-masing $600. Begitu sukses sehingga menarik perhatian bos mafia local, Don Fanucci, dikenal dng “the Black Hand.” Fanucci datang dan menagih “uang aman” pada mereka masing-masing $200.

Kedua kawan Vito ketakutan, dan memutuskan untuk membayar. Namun Vito berpandangan lain. “Berikanlah uangmu kepadaku masing-masing $50. Biar Aku yg bayar dia dengan uang ini plus uangku sendiri. Total $150 dan bukan $600.”

Kawan-kawannya heran dan bertanya pada Vito, “Bagaimana mungkin?” Vito menjawab, “Tidak usah khawatir, ingat saja bahwa Aku pernah berbuat baik pada kalian.” Lalu Vito meminta mereka menemui Fanucci keesokkan harinya. “Katakan padanya bahwa kalian menyegani Aku dan bahwa kalian akan membayar Fanucci melalui Aku.” Mereka pun pergi dan melakukan apa yg diminta. Sesudah itu barulah Vito menemui Fanucci, dan membayar hanya $100. “Di mana sisanya?,” tuntut Fanucci. Vito menjawab dng penuh percaya diri, “Aku butuh waktu untuk itu. Saat ini Aku agak seret.” Fanucci menduga bahwa Vito telah mengancam 2 kawannya. Berdasarkan apa yg dikatakan oleh kedua kawannya, Ia percaya bahwa Vito sudah mengantungi $400 milik kedua kawannya.

Surprisingly, Fanucci berubah lembut. Ia tersenyum dan mengagumi keberanian Vito, “You’ve done well for yourself.” Ia menerima $100 itu bahkan mengajak Vito bekerja baginya.[1]

Banyak org suka pada film ini. Banyak org bahkan mengoleksi film ini. Padahal dalam film ini hero-nya bukan org baik-baik melainkan criminal.

Cerita yg serupa keluar dari mulut Tuhan Yesus: Parable of the Shrewd Manager. Tidak heran, banyak org Kristen agak terganggu oleh parable ini.

Yang membingungkan sebenarnya adl pujian Tuhan Yesus benar. Pujian itu tidak diberikan pada org kaya, namun manager yg unrighteous (adikia). Tuhan Yesus tidak memberi warning pada kita melainkan encouragement agar meneladani manager tsb.

Apa yg Tuhan Yesus harapkan kita belajar melalui parable ini?
Mari kita perhatikan parable ini! Manager ini dituduh menghamburkan (wasting) milik bosnya. Kata yg sama kita temukan juga dlm the parable of the prodigal son. Saya menduga ia telah memanfaatkan posisi strategisnya untuk memperkaya diri. Ia telah melaksanakan tugas dng smart dan menjadi sukses. Tapi tdk ada penjelasan lbh rinci mengenai apa yg sebenarnya telah dilakukan oleh manager ini.

Yg jelas bagi kita adl bhw ia menghadapi masalah serius. Ia dipanggil untuk menemui bos bukan untuk dipromosikan, melainkan untuk dipecat. You are fired! Segera berikan audit lengkap dr pembukuanmu!

Bila kt membaca teks original-nya, dengan pemecatan tsb ia bisa tinggal di jalan, homeless. Ia adl oikonomos: pengatur, pengelola rumah. Bila diusir dari rumah, ia tinggal di jalanan.

Ia tdk memiliki banyak waktu. Ia harus do something. A smart move. Tdk ada waktu untuk berpikir macam2. Tdk ada waktu untuk meratapi nasib.

Wei ji
Dlm bhs Mandarin, kata krisis adl Wei-ji. Kata ini sebenarnya terdiri dari 2 kata: Wei-jien (bahaya) dan Ji-hwee (peluang). Maksudnya, di balik setiap bahaya selalu ada peluang. Ada org yg hanya meratapi nasib bila bahaya datang. Hanyut dlm kesedihan. Tapi ada smart people yg memanfaatkan kesulitan sbg peluang untuk maju, untuk memperbaiki diri, dan untuk mencoba hal2 baru.

Dr kata Wei-ji kt belajar bhw peluang untuk maju tdk datang dari kemudahan tetapi dari kesulitan.

Saudara-saudari kalau kita diberi pilihan, mana yg akan kita pilih: jalan yg mudah atau yg sulit? Kebanyakan kita menjawab jalan yang mudah.

Kemudahan memang enak. Tapi bisa membuat kita lupa diri. Coba di jalan apa kita biasanya mengantuk: di highway atau di jalan yg berbatu2 dan berkelok2?

Pulau Enggano
Pernahkah Saudara mendengar cerita ttg pulau Enggano di dekat Bengkulu? Pada PD-II pulau itu menjadi tempat penyimpanan makanan pasukan Jepang. Ketika Jepang kalah, makanan yg berlimpah-limpah itu ditinggalkan untuk penduduk setempat.

Penduduk Enggano hanya 500 org. Tiap org tms bayi bisa memperoleh:

– 4 karung beras,

– 1 peti corned beef,

– 1 peti ikan sardine,

– 10 kaleng besar biscuit

dan msh banyak lagi jenis makanan lain dlm peti besar.

Akhirnya, penduduk Enggano tdk perlu lagi bekerja keras, bersawah dan berkebun. Tiap hari kerja mereka hanyalah bermalas-malasan, makan dan tidur. Santai dulu ah… Suatu hari persediaan tsb mulai menipis. Baru mereka mulai bekerja lagi. Celakanya waktu itu sawah dan kebun sdh dipenuhi ilalang. Butuh waktu beberapa bulan untuk menggemburkan tanah lg. Ketika bisa mulai menanam, persediaan sdh habis sama sekali. Panen baru dtg setengah tahun kemudian. Mereka pun kelaparan.[2]

Apa yg dilakukan manajer ini ketika ia menghadapi krisis? Ia tdk menyerah kalah. Sebaliknya, Ia bertanya pd diri sendiri, what shall I do? Move apa yg harus aku ambil? Lalu ia mengadakan self-assessment. Bersawah atau berkebun ia tdk sanggup, mengemis ia tdk rela. Lalu, “Aha!” Ia mendapat Aha experience.

Saudara-saudari, coba perhatikan kalimat berikut ini: “Org yg dpt melihat peluang belum tentu bergerak, org yg bergerak belum tentu menangkap peluang, dan org yg menangkap peluang belum tentu memanfaatkannya untuk hidup lbh baik.”

Kairos dlm mitologi Greek adl seorang dewa berkepala botak dng jambul tipis panjang di jidatnya. Ia berlari sangat cepat seperti terbang. Maka dari itu, kita tidak boleh meleng. Sekali ia mendekat dari depan kita harus segera menangkapnya. Jangan sampai lewat. Begitu ia lewat tak seorang pun bisa menariknya, not even Jupiter.

Ayat 8-9 manager ini dipuji. Mengapa? Karena ia cerdik menyiasati hidupnya. Baginya uang bukanlah segala-galanya. Teman lebih permanent daripada uang.

Peluang sbg Anugerah Allah
Murid2 Kristus juga semestinya cerdik mengelola anugerah Allah. Dalam arti tertentu peluang adalah anugerah Allah.

Anugerah Allah perlu juga dikelola secara smart, cerdik.

Paulus melihat anugerah Allah itu superabundant. Hyper. Bukan hanya pas-pasan. Namun anugerah Allah atau harta surgawi yg dipercayakan pada kita perlu dikelola dng bijaksana. Tanpa pengelolaan yg cerdik anugerah Allah menjadi mubazir. Tuhan Yesus tdk menghendaki murid2-Nya baik tetapi bodoh, tulus tetapi dungu. Ia menghendaki kita cerdik spt ular dan tulus spt merpati.

Kesulitan tidak perlu diromantisir. Bangunlah diri kita. Bersiaplah untuk segala kemungkinan di depan.

Penutup
Rhenald Kasali, seorang ahli bedah bisnis, dalam sebuah seminar yang diselenggarakan oleh Indosat iseng-iseng menawarkan 2 lembar Rp. 50.000 kepada audiensnya.

“Silakan, siapa yang mau boleh ambil.”

Semua terdiam. Ada yang menendang kaki kawannya. Ada yang menyuruh org lain maju mengambil. Sampai seorang pemuda bergerak maju untuk mengambil.

Lalu Kasali bertanya, “Mengapa hampir semua diam, tdk bergerak?”

Berikut jawaban mereka:

“Saya pikir Bapak cuma main-main.”
“Nanti uangnya toh diambil lagi.”
“Malu-maluin aja.”
“Saya tidak mau kelihatan nafsu. Kita harus tetap terlihat cool!”
“Saya enggak yakin apakah Bapak benar-benar akan memberikan uang itu.”
“Ada orang lain yang lebih membutuhkannya.”
“Saya harus tunggu dulu instruksi yang lebih jelas.”
“Saya takut salah, nanti cuma jadi tertawaan doing.”
“Saya duduk jauh di belakang.”

Menurut Kasali, jawaban mereka sama persis dengan tindakan mereka sehari-hari.[3]

The point is jika kita menginginkan perubahan, perbaikan, pembaruan, kita perlu move. Kita tidak dapat hanya melamun. Bersiap-siap, berencana… Lakukan sedikit demi sedikit. Lakukan secara smart.

Kiranya Tuhan memberkati kita sekalian!



[1] Cerita tersebut saya modifikasi dari khotbah Rev. Scott Hoezee yang berjudul “The Wrong Man, the Right Idea.”

[2] Cerita ini saya baca di salah satu artikel dalam Selamat Berkarya oleh Pdt. Andar Ismail.

[3] Rhenald Kasali dlm salah satu kolom Bedah Bisnis, berjudul “Bergerak.”